Skip to main content

Posts

Sebuah Tulisan

Aku diabadikan oleh orisinalitas tulisan Tapi, itu hanyalah repetisi keadaan Menjadi gagasan sporadis persambatan dan arsip kenangan Cerita ini tertegun Dimulai dari perkenalan hingga berkolaborasi dengan pengikhlasan Menyangkutkan jantung, hati  dan mata kebetulan Sepertinya tulisanku begitu membosankan Baitnya tetap luka harian Antara aku, kau dan dia yang terkapar pada pena bentangan Akhirnya meratapi pada kertas putih menenangkan Tenang, ini hanyalah sedikit tulisan perasaan Fiksi diantara nanar kenyataan dengan waktu bertaburan Ini sebuah tulisan Malang, 24 Oktober 2019

Cerpen Mentari Merangkul Mimpi

  Banyak yang kita lalui dalam hidup, terkadang langkah kitapun diadopsi oleh sebuah masalah. Dilahirkan oleh ancaman. Tenang, Tuhan  selalu mengirimkan malaikatnya dalam bentuk lain, seperti cerpen dibawah ini. Kamu tak perlu menghujat sambat karena pada dasarnya kita adalah argumentasi peran yang berjuang untuk kehidupan. Selamat membaca dan jangan lupa bersyukur hehehe :)                     Mentari Merangkul Mimpi       Pagi ini sangat dingin, tepat pukul 04.00 subuh aku masih telena dengan kasurku. "Tubuhku ingin bercinta dengan malas, padahal sudah waktunya sholat subuh", kataku sambil mematikan alarm yang terus mengoceh. Aku teringat pesan ibuku " siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil", sekejap mataku terbuka melihat tulisan yang aku tempel pada dinding kamarku. Aku bergegas ke kamar mandi dan sholat subuh, setelah itu aku menunggu mentari hadir untuk menghangatkan tubuh dan mimpi-mimpi...

Kuota 4.500

Ponsel mengapa diisi pulsa rindu Sebab konspirasi alasan temu Aku..  Dipenuhi dengan kuota internet justru Seharga 4.500 gegap malam untuk cemburu Kuota 4.500 menjadi karya sastra dilayarmu Kuota 4.500 nadir sambung-menyambung menjadi satu Itu aku sebab kamu yang menjadi puisi di selasar cinta tak berwaktu Kuota 4.500 menumpuk kata saksi bisu Retakpun sungkan untuk bertamu Karena dongeng tawa yang membisik baterai untuk tak menjamu Kuota 4.500 menjadi sejarah serdadu Tak berdistorsi sejuta halu bahwa, kuota 4.500 aku mencintaimu Malang,  6 September 2019

Sedikit tahu tentang saya

  Nama saya Siti Khoirotun Nisak, bisa dipanggil Ninis atau Khoirotun terserah deh hehe. Aku asli kota Malang, tapi semoga nasibku tidak malang😋 Aku gadis 19 tahun yang sering berteman dengan kata, huruf, kalimat dan rindu. Aku suka menulis baru-baru ini, tepatnya dipenghujung tahun 2018, tapi aku suka puisi dan seni sejak SMA, menurutku, Seni adalah kebebasan kita dalam sesuatu tanpa peduli penilaian orang lain, dari hal-hal kecil yang diindahkan, intinya seni itu menghargai dalam kehidupan. Seni itu kawan, luka itu teman, bahagia itu sajak dan hidup ini adalah kisah :) pertanyaan yang sering terlontar saat aku membuat ig @kuseduhrindu pada tanggal 19 April 2019 1.Kenapa suka nulis, atau suka curhat? 2.Kok bisa tulisannya sastra? 3.Apakah sering luka? Baik aku jawab   Sebenarnya aku buat ig kuseduhrindu itu keisengan kertas dan pulpen yang mager, ehh aku maksudnya wkwk :D. Aku menulis, karena dengan menulis aku bisa meluapkan perasaan yang terjadi padaku, sek...

Takdir Terbungkus dalam Kardus

Berserakan bagaimana dalam bingkisan ego tergeletak tak berdaya Serdadu bayangan yang bergumul satu kenyataan Lalu.. Terikat miliaran pita ocehan  Bodoh? Takut? Iya, jawaban tepat yang pelik Mengapa? Karena bujur sangkar masih memborgolnya dan, Persegi tetap mendongengkan karton coklat yang merangkap Apakah zona hanya mampu mendengar? Entah.. Mungkin, zona tuli dan nyaman tidak dapat menafsirkan pengertian Ini salahku.. Diriku yang fasik dan memelihara jiwa bergantung, apakah bisa bangkit dari rona kardus persegi? Katapun bisu untuk menjawab Anginpun cacat untuk bergerak dan Tangisku buta untuk melihat cahaya terbuka namun, Waktu berkata bisa Semoga doa, usaha, dan tekad mampu membebaskan takdir bayang dalam kardus Lalu setelah bebas, Aku ingin menjemput takdir nyata Aku ingin bertanya pada jati diri Siapakah aku? Mampukah aku? dan Harus bagaimanakah aku? Malang, 6 Agustus 2019

Pantai Menahan Kenang Pulang

Sayup angin terus melintas pada hening yang menyangga Diantara dua tatap mengurung surut yang memikat Pasir membangun tawa dengan ribuan kisah bersembunyi  Percikan air ini candu, ombak yang menggenangi biru menjadi percikan kelabu Mencicipi senja diperbatasan semesta Menunjuk kata dengan hati yang mengoceh lega Pantai kenang.. Kaki yang tidak meluluskan untuk pulang Kenang ini ribut Pantai dipertengahan rindu yang tak akan surut Berpegang tangan dengan hembusan tanpa durasi Kenang yang tertahan Malang, 30 Juli 2019

Segelas Larik untuk Bunda

Kau wanita yang memanjakan bumi pertiwi membiaskan Kau jelita dalam album naluri nyataku Memecahkan balon seteru Kau tiup cinta tanpa paksa.. Kau memuji dekapan,  Menerima untaian keegoisan Senyum yang berkali-kali melukis raut awan tanpa sebab Kau menguji kesabaran hatimu dengan nilai tak secarik kertas Mungkin membalas sujud tangismu  yang tak dapat ku tuangkan dalam-dalam Tulus yang bergejolak  Menyentuh mata, telinga, kaki dalam doa sembilan puluh sembilan Bunda.. Aku menyayangimu dalam kecupan aminku.. Larik ini untuk wanita yang melahirkan dengan buahan tabah Tak terbendung usia sampai pupil tak searah dengan kelopak mata Maaf.. Cinta yang sering mengecewakan dan mendudukkan sebentar tawamu dari anakmu.  Malang, 23 Juli 2019