Skip to main content

Cerpen Mentari Merangkul Mimpi

  Banyak yang kita lalui dalam hidup, terkadang langkah kitapun diadopsi oleh sebuah masalah. Dilahirkan oleh ancaman. Tenang, Tuhan  selalu mengirimkan malaikatnya dalam bentuk lain, seperti cerpen dibawah ini. Kamu tak perlu menghujat sambat karena pada dasarnya kita adalah argumentasi peran yang berjuang untuk kehidupan. Selamat membaca dan jangan lupa bersyukur hehehe :)





                    Mentari Merangkul Mimpi



      Pagi ini sangat dingin, tepat pukul 04.00 subuh aku masih telena dengan kasurku. "Tubuhku ingin bercinta dengan malas, padahal sudah waktunya sholat subuh", kataku sambil mematikan alarm yang terus mengoceh. Aku teringat pesan ibuku " siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil", sekejap mataku terbuka melihat tulisan yang aku tempel pada dinding kamarku. Aku bergegas ke kamar mandi dan sholat subuh, setelah itu aku menunggu mentari hadir untuk menghangatkan tubuh dan mimpi-mimpiku yang terlihat didekap cahaya. Namaku Mega, namun orang-orang memanggilku Ewek, nama panggilan itu sejak aku kecil, karena mereka menganggapku anak yang aneh dan aku tidak tau filosofinya. Aku mencintai pagi dan kebebasan dengan rangkulan mentari yang menguatkan pada hari sapaku.  Mentari adalah sahabat yang setia dan tak pernah acuh, meskipun mentari tidak pernah menjawab pertanyaan keluh kesahku.

  Jam dinding menunjukkan pukul 06.30, aku berpamitan pada mentari untuk pergi kesekolah. "Aku pergi ke sekolah dulu ya", kataku sembari menutup jendela sambil tersenyum mesra. Ibuku bekerja diluar kota dan aku tinggal sendirian, ayahku meninggalkan aku dan ibuku karena lebih memilih wanita penggoda itu, sejak kejadian itu aku tidak mempercayai laki-laki lagi, 3 tahun yang lalu tepatnya. Ibuku sangat peduli dan sering menelponku, memberikan aku semangat, aku sangat menyayanginya, meskipun rasa sedih, kecewa selalu terbayang pada pikiranku. Terkadang hatiku bergejolak iri pada teman-temanku, orang tuanya selalu ada didekatnya dan mempunyai keluarga yang utuh. Namun, aku selalu melawan perasaan itu, dan berpikir positif bahwa Tuhan selalu menyayangiku, oleh karena itu Tuhan memberikan hadiah mentari yang membuat pikiranku berjajar tenang.

       Aku bergegas pergi ke sekolah, di perjalanan aku mampir ke warung Mbok Sri untuk membeli nasi jagung,  karena pagi ini aku malas untuk masak. Mbok Sri adalah wanita renta yang sering aku bantu berjualan, ketika aku sudah pulang sekolah. Tiba di sekolah, aku bersemangat dan selalu melukiskan senyum diriku untuk memancarkan kepada semua penghuni sekolah, kecuali makhluk abstarak, hehehehe.  "Hai Ranisa, kamu sudah mengerjakan pr matematika? ", kataku kepada salah satu temanku yang matanya terpancar, raut jelek padaku. Sudah si hitam, hasil pekerjaanku pasti benar semua, tidak sepertimu", jawab Ranisa dengan sinis. Aku anak yang memiliki kelambatan berpikir dibandingkan teman-temanku, mereka sering mengejekku dengan kata-kata kasar. Namun, salah  satu guruku selalu memberi motivasi kepadaku dan itu salah satu alasan yang membuat aku tetap bangkit tegak berdiri, meskipun masalah selalu bernyanyi pada dimensiku.

       Di sekolahku, tepatnya teman sekelas ada seorang lelaki yang rajin dan setiap menatap matanya, ketulusan terpacar, dia sering membelaku saat aku diejek teman-teman, Fajar namanya. Aku mengaguminya diam-diam, dia yang bisa merubah pola pikir traumaku terhadap laki-laki, bahwa tidak semua laki-laki itu jahat, Aku masuk SMA ini, traumaku terjadi saat aku smp lalu, dan dia setiap harinya begitu baik dan tulus, meskipun pada laki-laki lain aku masih menggap sama seperti ayahku, yang membuat aku berhati-hati pada siapapun. " Hai meg, kamu mau tidak, anterin aku ke perpustakkan, aku mau meminjam buku sastra? ", kata Fajar kepadaku. Aku menolak ajakannya, karena Fajar sudah punya pacar, aku takut terbawa perasaan lebih, selain itu aku harus bekerja, teman-teman selalu memandangi dengan bola mata yang menjengkelkan meskipun sebenarnya hatiku ingin berjalan dengan jiwa yang begitu menginginkan.  Fajar adalah anak orang terpandang yang menjelma dirinya begitu sederhana dalam tampilannya.  Teman-temanku banyak yang menyukainya dan memperlihatkan pesona agar fajar tertarik pada mereka. Namun Fajar hanya menggangapku sebatas teman tanpa rasa, Fajar sudah mempunyai pacar dan dia setia kepada pacarnya, anak IPA . Aku tetap kagum kepada Fajar meskipun terkadang laraku sering bertamu. Tapi aku menyadari, aku siapa dan tidak pantas untuknya.
     
       Bel berdering, waktunya pulang sekolah. Aku berjalan dengan rasa senang, tubuhku begitu semangat, hatiku keroncongan ingin segera ke warung Mbok Sri untuk membantunya berjualan. Di perjalanan, tiba-tiba pacarnya Fajar menyapaku, "Meg hati-hati ya" katanya sambil berboncengan dengan Fajar. Namanya Laras, dia cantik jelita dan hatinya begitu lembut bagaikan sutra, meskipun sepenuhnya aku tidak terlalu mengenal karakternya. Namiun dia selalu menjadi peran yang baik. Tiba di warung Mbok Sri, "Asalamualaikum Mbok" Ewek siap bekerja hari ini dengan penuh cinta", kataku dengan senyum-senyum kecil. "Iya Wek, kamu bersihkan semua peralatan, Mbok mau pulang, asma mbok kambuh, ini kuncinya nanti kalu sudah tutup warungnya,  anterin kerumah kuncinya" jawab Mbok Sri dengan nada yang begitu melas dan wajahnya begitu pucat. Aku tidak tega melihat Mbok Sri yang menahan rasa sakitnya, aku antar Mbok Sri ke rumahnya. Warung aku tutup sebentar, setelah mengantarkan Mbok Sri warung kembali buka.

      Hari ini warung mbok Sri begitu ramai. "Mbak ayamnya dua, nasinya sedikit saja sama sayur lodeh, yang cepat ya mbak! " kata salah satu pembeli dengan nada membentak. Hari sudah sore, ada gerombolan laki-laki terlihat mabok, pakainnya tidak karuan, matanya menyeramkan, badannya besar, terlihat seperti genderuwo saja . Aku ketakutan, gerombolan laki-laki itu jahat, dengan nada tinggi meminta makan gratis, padahal warung sudah mau tutup dan semua makanan habis. "Maaf mas, makanannya sudah habis" kataku dengan tubuh yang berkerikat penuh ketakutan dan kecemasan. Gerombolan laki-laki itu tidak terima dan uang hasil kerja dirampas semua, aku didorong dan tidak bisa menahan gerombolan laki-laki tersebut. Aku belum tidak dapat minta tolong, karena saat itu warung sepi. Gerombolan lelaki itu ingin merampas uang hasil jualan, meronta-ronta dengan pukulan kasar. Gerombolan lelaki itu, berhasil merampas uang dan memukul bahuku hingga memar. "Ya Allah cobaan apa yang aku terima hari ini dan berikanlah aku kesabaran" kataku dengan lirih sembari meneteskan air mata. Aku segera menutup warung dan berlari kerumah untuk mengambil uang, mengganti uang Mbok Sri yang telah dirampas, aku tidak ingin menceritakan kejadian ini kepada Mbok Sri, karena aku tidak ingin melihat Mbok Sri sedih. Aku memecahkan celengan yang aku tabung untuk kebutuhan hidupku dan gitar yang aku damba-dambakan. Aku ikhlas, karena aku yakin Mbok Sri lebih membutuhkan, meskipun aku juga membutuhkan.

        "Tok-tok, Assalamualaikum mbok Sri", kataku kepada Mbok Sri. "Waalaikumsalam Wek, silahkan masuk", jawab Mbok Sri. Mbok Sri terlihat sudah tidak pucat lagi dan aku bersyukur karena Mbok Sri tidak sakit. Aku memberikan uang hasil jualan hari ini kepada Mbok Sri dan Mbok Sri tampak bahagia. Mbok Sri tidak tahu kalau uangnya habis dirampok, dan aku terkena pukulan yang sangat memar, memang aku menyembunyikannya dan terlihat baik-baik saja. Setelah itu aku pulang kerumah. "Mbok ewek pulang dulu ya", kataku. "Hati-hati Wek", jawab Mbok Sri. Kejadian malam ini tak pernah kusesali, karena semua yang terjadi pasti ada hikmahnya.

      Tiba di rumah, aku segera mandi dan mengambil air wudhu, lalu sholat maghrib. Pada malam yang sunyi dan vukup menyelimuti jiwa dan hatiku yang kedinginan dapat menghangatkan doaku pada Tuhan, aku percaya semua akan baik-baik saja pada jalan hidupku. Setelah itu, aku belajar dan aku ingin menggambar mentari. Menggambar mentari mungkin sudah menjadi hobiku, karena aku merasa nyaman bagaikan dipeluk mentari. Tuhanku sungguh baik, seolah Tuhan selalu memberiku penerangan setelah Jalanku yang begitu gelap. Saat aku asik belajar dan menggambar tiba-tiba ada suara "Tok-tok", aku ketakutan. Ternyata itu adalah ayahku dan istrinya, yang berusaha mencari dan meminta maaf padaku, katanya. Aku merasa sakit hatiku dan heran apa maksud ayahku yang tiba-tiba datang. Aku tetap menerima ayah  dan istrinya, karena dia mengancam akan membunuh ibuku meskipun, mendung seakan masih menyelimuti jiwaku. Aku tidak boleh menelpon ibuku tentang kehadiran ayah dan istri mudanya, namun ayah hanya menumpang tidur karena diusir dari kontrakannya dan terjerat hutang piutang. "Sungguh biadab, tega sekali datang setelah lama pergi", kataku dalam hati, namun aku mencoba ikhlas. Aku diperlakukan seperti pembantu saat itu juga, padahal tubuhku masih terasa sakit. Setelah itu aku bergegas tidur, dalam tidurku aku bermimpi aku menari dan bernyayi bersama ibuku ditemani mentari yang begitu menyakinkan. Rasanya aku tidak ingin terbangun dari tidurku.

        Tiba pagi hari aku segera bangun dan sholat subuh lalu menunggu mentari datang, pagi ini cukup menyedihkan. Biasanya aku menunggu mentari sembari menuliskan mimpi-mimpi yang ingin aku gapai. Hari ini tugasku lebih banyak harus mencuci bajunya ayah dan istri muda, memasak banyak, dan lain-lain. Aku tetap menyempatkan untuk melihat mentari dan aku ingin bercerita tentang banyak hal. Akhirnya rinduku terobati dengan pelukan mentari, membuat sedikit hilang sekejap. Mentari menyegarkan pikiranku yang kalut menjadi cerah seketika. Setelah itu aku memberanikan diri untuk bercerita ke ibu, ibuku tetap memberikan semangat dan segera pulang. Aku berterima kasih kepada mentari, karena mentari merangkul mimpi-mimpiku.

Popular posts from this blog

Segelas Larik untuk Bunda

Kau wanita yang memanjakan bumi pertiwi membiaskan Kau jelita dalam album naluri nyataku Memecahkan balon seteru Kau tiup cinta tanpa paksa.. Kau memuji dekapan,  Menerima untaian keegoisan Senyum yang berkali-kali melukis raut awan tanpa sebab Kau menguji kesabaran hatimu dengan nilai tak secarik kertas Mungkin membalas sujud tangismu  yang tak dapat ku tuangkan dalam-dalam Tulus yang bergejolak  Menyentuh mata, telinga, kaki dalam doa sembilan puluh sembilan Bunda.. Aku menyayangimu dalam kecupan aminku.. Larik ini untuk wanita yang melahirkan dengan buahan tabah Tak terbendung usia sampai pupil tak searah dengan kelopak mata Maaf.. Cinta yang sering mengecewakan dan mendudukkan sebentar tawamu dari anakmu.  Malang, 23 Juli 2019

Kuota 4.500

Ponsel mengapa diisi pulsa rindu Sebab konspirasi alasan temu Aku..  Dipenuhi dengan kuota internet justru Seharga 4.500 gegap malam untuk cemburu Kuota 4.500 menjadi karya sastra dilayarmu Kuota 4.500 nadir sambung-menyambung menjadi satu Itu aku sebab kamu yang menjadi puisi di selasar cinta tak berwaktu Kuota 4.500 menumpuk kata saksi bisu Retakpun sungkan untuk bertamu Karena dongeng tawa yang membisik baterai untuk tak menjamu Kuota 4.500 menjadi sejarah serdadu Tak berdistorsi sejuta halu bahwa, kuota 4.500 aku mencintaimu Malang,  6 September 2019

Sedikit tahu tentang saya

  Nama saya Siti Khoirotun Nisak, bisa dipanggil Ninis atau Khoirotun terserah deh hehe. Aku asli kota Malang, tapi semoga nasibku tidak malang😋 Aku gadis 19 tahun yang sering berteman dengan kata, huruf, kalimat dan rindu. Aku suka menulis baru-baru ini, tepatnya dipenghujung tahun 2018, tapi aku suka puisi dan seni sejak SMA, menurutku, Seni adalah kebebasan kita dalam sesuatu tanpa peduli penilaian orang lain, dari hal-hal kecil yang diindahkan, intinya seni itu menghargai dalam kehidupan. Seni itu kawan, luka itu teman, bahagia itu sajak dan hidup ini adalah kisah :) pertanyaan yang sering terlontar saat aku membuat ig @kuseduhrindu pada tanggal 19 April 2019 1.Kenapa suka nulis, atau suka curhat? 2.Kok bisa tulisannya sastra? 3.Apakah sering luka? Baik aku jawab   Sebenarnya aku buat ig kuseduhrindu itu keisengan kertas dan pulpen yang mager, ehh aku maksudnya wkwk :D. Aku menulis, karena dengan menulis aku bisa meluapkan perasaan yang terjadi padaku, sek...