Lirih berserakan pada kapsul rindu
Sia-sia lebur tak bernyawa
mengelokan luka
Tegukan itu terasa pahit
Di dinding lidah yang sulit
Mulas pada perut yang meremas-remas rasaku
Aku bangun
menghempaskan selimut yang menjadi kulitku
Ocehanku porsi berkarat
Hariku tak terlihat
Tunggulah angin kelam membalas sikapmu
Tubuhku tetap berkompromi dengan rasa malam
Sedikit berseteru kesakitan
Dalamku semakin ada
Maknaku terlalu dalam
Hanya cahayaku yang menyala kuasa
Sekali lagi, bibirku berkata merebut tak bermakna
Debu itu cukup menyumbat gugurku
Aku dalam tak bermakna
Malang, 3 Juli 2019